PENGERTIAN HUTAN
Pada
hakekatnya hutan merupakan perwujudan dari lima unsur pokok yang
terdiri dari bumi, air, alam hayati, udara dan sinar matahari (Rimbawan
Indonesia,1966). Kelima unsur pokok inilah yang dinamakan PANCA DAYA. Sehingga
menurut rimbawan Indonesia memanfaatkan hutan sebenarnya mengarahkan
Panca Daya ini kepada suatu bentuk tertentu pada tempat dan waktu yang
diperlukan untuk kesejahteraan dan kebahagiaan manusia lahir dan bathin
sebesar mungkin tanpa mengabaikan aspek kelestarian.
Hutan
jadinya dapat disebut suatu areal diatas permukaan bumi yang ditumbuhi
pohon-pohon agak rapat dan luas sehingga pohon-pohon dan tumbuhan
lainnya serta binatang-binatang yang hidup dalam areal
tersebut memiliki hubungan antara satu dan lainnya das membentuk
perseketuan hidup alam hayati dan lingkungannya (Junus dkk, 1984).
Secara ringkas batasan hutan ialah komunitas tumbuh-tumbuhan dan
binatang yang terutama terdiri dari pohon-pohon dan vegetasi berkayu
lainnya yang tumbuh berdekatan satu dengan lainnya.
Sedangkan menurut undang-undang pokok kehutanan Indonesia yang diundangkan pada tahun 1967 batasan hutan (definisi) ialah “suatu lapangan bertumbuhan pohon-pohon yang
secara keseluruhan merupakan persekutuan hidup alam hayati beserta alam
lingkungannya dan yang ditetapkan oleh pemerintah sebagai hutan”. Undang-undang Kehutanan yang baru yaitu UU No 41 tahun 1999, yang dimaksud hutan adalah “suatu
ekosistem berupa hamparan lahan berisi sumber daya alam hayati yang
didominasi pepohonan dalam persekutuan alam lingkungannya, yang satu
dengan lainnya tidak dapat dipisahkan”.
Untuk lebih mengetahui lebih dalam tentang pengertian hutan, berikut ini akan dikutip dari Ensiklopedi Indonesia (1982) :
a. Hutan adalah sebuah masyarakat yang tumbuh rapat bersama,terutama terdiri atas pohon-pohon dan vegetasi berkayu lainnya.
b. Hutan adalah sebuah ekosistem dengan ciri-ciri, pada penutup berupa pohon-pohon yang rapat dan luas.
c. Hutan adalah sebuah areal yang dikelola untuk produksi kayu dan hasil hutan lainnya atau dipelihara bagi tujuan keuntungan tidak langsung, misalnya untuk perlindungan aliran sungai atau rekreasi.
d. suatu wilayah yang dinyatakan sebagai hutan melalui undang-undang.
MANFAAT HUTAN BAGI MANUSIA
Membicarakan manfaat hutan bagi manusia maka dapat dikatakan bahwa
hutan memberikan manfaat langsung dan manfaat tidak langsung. Manfaat
langsung ialah manfaat dari hutan yang dapat langsung dinikmati oleh
masyarakat seperti kayu, rotan, obat-obatan, buah-buahan, binatang
buruan, damar, kulit kayu. Sedangkan manfaat tidak langsung merupakan
manfaat dari fungsi hutan sebagai pengatur tata air dan pemelihara
kesuburan tanah atau manfaat hidro-orologis dari hutan. Manfaat
estetika, rekreasi, ilmu pengetahuan dan pengaruh hutan terhadap iklim.
Secara
lebih rinci Hadipurnomo (1989) menguraikan manfaat kehadiran hutan di
dunia bagi manusia yang berupa produksi hasil hutan dan jasa sebagai
berikut:
a. Produksi hasil hutan meliputi antara lain :
1. Kayu, meliputi kayu bakar, pertukangan, industri.
2. Kulit kayu
3. Rotan
4. Getah, yang dapat diolah menjadi:
* Gondorukem
* Terpentin
* Kopal
* Kemenyan
* balsem
5. Minyak atsiri, antara lain :
* minyak kayu putih
* minyak eukaliptus
6. Daun, antara lain :
* daun murbei untuk makanan ulat sutera
* daun lamtoro, kaliandra untuk makanan ternak
* daun jati, untuk pembungkus
7. Buah, misalnya tengkawang untuk bahan kosmetika.
b. Jasa yang berupa :
1. Pengendali lingkungan seperti :
* pengendali bahaya banjir dan erosi
* reservoir alam
* perlindungan terhadap angin
* pembersih polusi udara
* paru-paru tempat pemukiman
2. Meningkatkan kesejaheraan dan kenyamanan hidup :
* membuat iklim mikro menjadi nyaman
* keindahan alam: Taman nasional, wisata
* mengurangi kebisingan suara ( kota, pabrik dsb)
* mengurangi silau cahaya matahari, lampu mobil dsb.
Didalam
memanfaatkan sumber daya alam yang berupa hutan dimana manfaatnya tidak
terbatas maka yang menjadi kendalanya ialah pengetahuan manusia itu
sendiri. Di Indonesia misalnya diketahui ada sebanyak 4000 jenis kayu,
3593 jenis diantaranya belum dikenal, 407 jenis punya potensi ekonomis,
hanya 120 jenis saja yang merupakan jenis perdagangan. Ini merupakan
tantangan bagi rimbawan Indonesia untuk lebih giat meneliti dan
mempromosikan kayu-kayu untuk dapat diperdagangkan. Contoh diatas baru
dari jenis kayu yang ada didalam hutan Indonesia, belum lagi potensi hutan Indonesia sebagai sumber gen atau plasma nutfah dan juga bagi kelangsungan hidup manusia di bumi ini.
Membicarakan
pemanfaatan hutan hutan di Indonesia maka telah dibuat suatu
kesepakatan yang dinamakan Tata Guna Hutan Kesepakatan (TGHK) sbb:
1. Hutan produksi Tetap 33.866.600 Ha (17,54 %)
2. Hutan produksi Terbatas 30.525.300 Ha (15,81 %)
3. Hutan Lindung 30.316.100 Ha (15,70 %)
4. Hutan suaka Alam & Wisata 18.725.200 Ha ( 9,70 %)
5. Hutan Konversi 30.537.400 Ha (15,61 %)
6. Penggunaan Lahan Lain 49.101.100 Ha (25,64 %
——-————-
Luas daratan Indonesia = 193.071.700 Ha
Menurut
Soerjani (1992) yang meramu dari pemikiran Myers (1985) mengemukakan
bahwa hutan memberi makna yang sangat mendalam dari fungsi dan potensi
manfaat hutan sebagai sumber keanekaragaman alam hayati sbb:
a. EKOLOGI
1.Penyangga keseimbangan (kelentingan ekosistem: suhu, iklim, hayati)
2.Perlindungan kehidupan
3.Proteksi daerah aliran sungai
4. Pengendali erosi
5. Penyimpanan cadangan
6. Penyerap CO2 dan lain-lain gas/zarah
7. Penghasil 02 dan kesegaran umumnya
8. Kesuburan tanah
b. Manfaat langsung
1. Makanan: buah, buruan, sagu
2. Bahan obat dan penyegar
3. Kayu bakar
4. Bahan arang
5. Kayu bangunan
6. Bahan tenunan (serat, ulat sutera)
7. Pemeliharaan lebah
c. Industri
1. Industri kayu
2. Industri farmasi (obat penyegar, kosmetik, dll)
3. Industri kertas
4. Getah (karet)
5. Residu (mentol, terpentin)
6. Minyak (kayu putih, cengkeh, adas)
d. Lain-lain
1. Estetika, rekreasi, spiritual
2. Olah raga, Cinta Alam, Sejarah, Sosial budaya, Tannas.
Manfaat
hutan juga dapat dijabarkan berdasarkan huruf yang ada pada kata
Inggris dari hutan yaitu FOREST yang menurut seorang penulis diartikan
sbb:
F Forage = makanan ternak
O Oksigen
R Recreation
E Environment
S Soil
T Timber
Jadi
terlihat bahwa manfaat hutan bukan saja kayu tetapi juga manfaat
lainnya seperti sumber makanan ternak, penghasil udara bersih melalui
proses photosintesa, tempat rekreasi, memberikan perlindungan terhadap
lingkungan seperti pengaturan tata air dan pemelihara kesuburan tanah
dan pencegahan erosi dan bahaya banjir. Inilah yang sering disebut
sebagai manfaat serba guna dari hutan.
KLASIFIKASI HUTAN
Dalam rangka memanfaatkan hutan bagi umat manusia maka para ahli kehutanan mengklasifikasikan hutan dalam berbagai macam hutan. Mengklasifikasi sesuatu merupakan bagian penting suatu proses berpikir. Dalam hal ini maka hutan dapat diklasifikasikan berdasar jenis
pohon yang dominan, berdasarkan fungsi hutan, berdasar pemiliknya,
berdasar permudaan,berdasar asal hutan, berdasar tinggi tempat,
berdasarkan iklim
a. Hutan berdasarkan jenis pohon yang dominan
Maka dikenal ada Hutan Jati, Hutan Pinus, Hutan Eucaliptus, yang menurut Sagala tidak dapat disebut sebagai hutan tetapi Kebun Kayu
(Sagala, 1994).Ada yang menarik dalam Istilah kehutanan di Indonesia
yaitu dikenal adanya Hutan Jati dan Hutan Rimba yaitu hutan selain hutan
Jati., sehingga kayu selain kayu Jati disebut sebagai kayu Rimba.
b. Fungsi hutan
Menurut fungsi hutan maka hutan negara diklasifikasikan oleh Menteri menjadi empat
jenis yaitu Hutan Lindung, Hutan Produksi, Hutan Suaka Alam dan Hutan
Wisata (UUPK:5/1967). Sedangkan dalam undang-undang Kehutanan yang baru
yaitu UUK No 41 tahun 1999, hutan mempunyai tiga fungsi, yaitu : fungsi
konservasi, fungsi lindung, dan fungsi produksi. Yang dimaksud dengan hutan konservasi meliputi hutan suaka alam, hutan pelestarian alam dan taman buru.
1. Hutan lindung;
Ialah
kawasan hutan yang karena keadaan sifat fisik alamnya diperuntukkan
guna mengatur tata air, pencegahan bencana banjir dan erosi serta
pemeliharaan kesuburan tanah. Untuk ini maka kawasan hutan
yang berada diatas ketinggian 500 Meter diatas permukaan laut harus
dipertahankan sebagai hutan lindung. Penyimpangan dari ketentuan ini
dapat dilakukan dengan mempertimbangkan a) letak dan keadaan hutan; b)
Topografi; c) Iklim; d) keadaan dan perkembangan masyarakat dan hal lain
yang akan ditetapkan lebih lanjut (PP 33, 1970)
2. Hutan Produksi
Ialah
kawasan hutan yang diperuntukkan guna produksi hasil hutan untuk
memenuhi keperluan masyarakat pada umumnya dan khususnya unuk
pembangunan, industri dan ekspor. Misalnya hutan Jati (Tectona grandis), hutan Akasia (Acasia auriculiformis), hutan Sengon ( Albizzia falcataria), hutan Pinus (Pinus merkusii).
Dalam
klasifikasi lebih lanjut dikenal adanya hutan produksi terbatas dan
hutan produksi tetap yaitu pada areal hutan alam yang telah diberikan
pada para pemeganang HPH yang menggunakan system TPTI . Perbedaan antara hutan produksi tetap
dengan hutan produksi tidak tetap ialah di hutan produksi tetap
diameter pohon yang boleh dipanen minimal 50 CM, sedangkan pada areal
hutan produksi terbatas hanya pohon dengan diameter 60 CM- up yang boleh
dipanen.
3. Hutan Suaka Alam
Ialah
kawasan hutan yang karena sifatnya khas diperuntukkan secara khusus
untuk perlindungan alam hayati dan/atau manfaat-manfaat lainnya.
Dalam hal ini dikenal adanya Cagar Alam dan Suaka Margasatwa.
Cagar Alam ialah hutan Suaka Alam yang berhubungan dengan keadaan
alamnya yang khas termasuk alam hewani dan alam nabati, perlu dilindungi
untuk keperluan ilmu pengetahuan dan kebudayaan. Sedangkan yang
dimaksud dengan Suaka Margasatwa ialah hutan Suaka Alam yang ditetapkan
sebagai tempat hidupnya margasatwa yang mempunyai nilai khas bagi ilmu
pengetahuan dan kebudayaan serta merupakan kekayaan dan kebanggaan
nasional.
4. Hutan Wisata
Ialah kawasan hutan yang diperuntukkan secara khusus untuk dibina dan dipelihara guna kepentingan pariwisata dan/ atau wisata buru.
Hutan
wisata yang memiliki keindahan alam, baik keindahan nabati, keindahan
hewani, maupun keindahan alamnya sendiri mempunyai corak khas untuk
dimanfaatkan bagi kepentingan rekreasi dan kebudayaan disebut Taman Wisata.
Hutan
Wisata yang di dalamnya terdapat satwa buru yang memungkinkan
diselenggarakan perburuan yang teratur bagi kepentingan rekreasi disebut
Taman Buru.
Berdasarkan
Rencana Pengukuhan dan Penatagunaan Hutan di Propinsi Kalimantan Timur,
maka direncanakan luas untuk masing-masing fungsi hutan adalah sbb:
No
|
Klasifikasi areal
|
Luas areal (Ha)
|
Persentase (%)
|
1
|
Hutan Lindung
|
3.062.630
|
17,20
|
2
|
Hutan Suaka Alam
|
1.835.600
|
8,70
|
3
|
Hutan Produksi Terbatas
|
4.826.100
|
22,89
|
4
|
Hutan Produksi Tetap
|
5.578.700
|
26,46
|
5
|
Hutan Produksi yang dapat dikonversi
|
5.217.900
|
24,75
|
Total wilayah kawasan Kalimantan Timur
|
21.084.600
|
100,0
|
c. Berdasarkan pemiliknya
Atas dasar pemiliknya maka hutan dapat diklasifikasikan dalam hutan negara, hutan milik, dan hutan masyarakat.
Hutan negara ialah kawasan hutan dan hutan yang tumbuh di atas tanah yang tidak dibebani hak milik.
Hutan
milik ialah hutan yang tumbuh di atas tanah yang dibebani hak milik.
Menurut Junus dkk (1984) hutan milik umumnya disebut sebagai hutan
rakyat yaitu hutan-hutan yang terletak di luar kawasan hutan negara.
Sedangkan hutan masyarakat ialah hutan yang dimiliki oleh masyarakat
sebagai kumpulan orang-orang yang terhimpun dalam suatu badan hukum.
Badan hukum rakyat yang berhubungan dengan hutan adalah hak ulayat, sepanjang hak ulayat itu masih ada.
d. Berdasarkan permudaannya
Dikenal
adanya hutan buatan (Artificial Forest) dan hutan alam (Netural
forest). Hutan buatan ialah hutan yang terbentuk oleh karena campur
tangah manusia maka hutannya sering disebut dengan Hutan Tanaman, misalnya hutan Jati, hutan Mahoni, Hutan Sengon dll.
Hutan
alam ialah hutan yang berasal dari permudaan alami. Misalnya dikenal
adanya hutan alam Jati (walupun hutan Jati alam di P. Jawa ditanam oleh
manusia). Hutan alam Pinus di Aceh, Hutan Dipterokarpa, Hutan Bambu,
Hutan Eukaliptus di Maluku.
e. Berdasarkan asal hutan
Hutan yang berasal dari biji disebut Hutan Tinggi. Tegakan hutan yang berasal dari “trubusan” atau tunas disebut hutan rendah. Sedangkan tegakan hutan yang berasal dari biji maupun dari trubusan disebut dengan hutan campuran.
Hutan
trubusan misalnya Hutan Jati, Hutan Lamtoro, biasanya digunakan pada
usaha kehutanan yang ditujukan untuk produksi kayu bakar.
f. Berdasarkan tinggi tempat
Menurut
Manan (1998) yang mengacu pada pendapat Junghuhn, berdasarkan tinggi
tempat dari permukaan laut dikenal adanya empat zona tipe-tipe vegetasi yaitu:
1) Zone Panas (0-700 m dpl).
1.1 Hutan Bakau (Mangrove) di pantai dengan jenis pohon : Avicennia
marina, A. officinalis, Rhizophora mucronata, R. conjugata, Bruguiera
gymnorrhiza, B. Parviflora, Sonneratia spp., Ceriops candolleana, Carapa
spp., Heritiera spp., Excoecaria spp., Xylocarpus granatum. Dibelakangnya terdapat Nipa fructicans dan Alstonia scholaris.
1.2 Hutan Pantai di belakang hutan Bakau yang berisis jenis-jenis : Dodonaea viscosa (tengsek), Gluta rengas, Calophyllum inophyllum (Nyamplung), Barringtonia tiliaceus, Terminalia catappa (ketapang), Casuarina equisetifolia (Cemara laut), Oncosperma filamentosa (nibung), Arenga obtusifolia (lengkap), Corrypha gebanga (gebang), Borassus flabellifer (lontar).
1.3 Dataran rendah terdapat padang rumput, belukar dan hutan rendah, dengan jenis-jenisnya: Talok (Grewia celtidifolia), Ploso (Butea monosperma), Kemloko ( Phyllanthus emblica), Sengon ( Albizzia stipulata), Waru ( A. procera), Trengguli (Cassia fistula), Johar (Cassia siamea), Bungur (Lagerstoemia speciosa), Stercullia spp, Dillenia spp, Ficus spp.
1.4 Hutan
tinggi yang terdapat sesudah dataran rendah terdiri atas
species:Albizzia spp dan Acacia leucophloea. Di daerah dengan iklim
kering yang nyata, iklim musim, terdapat hutan jati (Tectona grandis)
Jenis lain yang menggugurkan daun ialah Pilang, Klampis, Albizzia spp,
Kesambi (Schleichera oleosa), Walikukun (Actinophora fragrans)
2) Zone Sedang (700-1500 M dpl).
Padang
rumput dengan belukar dari jenis-jenis : Padang rumput belukar dari
jenis : Alsophila sp., Cyathea sp., Hemithelia sp., Phyllanthus emblica.
Sedangkan hutan tinggi dengan famili : Myristicaceae, Tiliaceae, Sapotaceae,
Annonaceae, Michelia spp. Mangliaetia spp., Euphorbiaceae, Theaceae,
Dipterocarpaceae, Canarium altissimuns. Di daerah paling atas terdapat
Quercus spp, Podocarpus spp, dan famili Lauraceae.
3) Zone Sejuk (1500-2500 M dpl)
Hutan
tinggi dengan jenis-jenis: Podocarpus spp, Lauraceae, Casuarina
junghuniana. Hutan ini ditandai dengan banyaknya epifit, paku-pakuan,
lumut dan parasit-parasit. Di Jawa Timur terdapat hutan cemara gunung
yaitu Casuarina junghuniana.
4) Zone Dingin (2500 –3300 me dpl: batas pohon).
Terdapat
di puncak-puncak gunung dengan jenis-jenis : Ternstroemiaceae (Eurya
sp.) Tilliaceae , Rosaceae, Ercaceae, Compositae, Leguminosae (Albizzia
Montana), Sapindaceae, Paku pohon.
Samingan (1971) mengklasifikasikan hutan berdasarkan tinggi tempat dunia sebagai berikut:
1) 0 — 600 m dpl, hutan dataran rendah.
2) 600 — 1400 M dpl, hutan pegunungan rendah.
3) 1400 — 3000 M dpl, hutan pegunungan tinggi.
4) 3000 — 4000 M dpl, hutan sub alpin
5) 4000 M dpl keatas, hutan Alpin
Sedangkan menurut Simon (1978), atas dasar ketinggian tempat di Indonesia maka dikenal adanya :
1) vegetasi litoral (terendam)
2) Hutan Payau (Mangrove forest)
3) Hutan Rawa ( Swamp forest)
4) Hutan Gambut ( Peat swamp forest)
5) Hutan dataran rendah (Low land forest)
6) Hutan dataran tinggi (Lower mountain forest)
7) Hutan Pegunungan ( Upper mountain forest)
Berikut
ini akan diuraikan secara umum mengenai vegetasi hutan berdasarkan atas
dasar letak dari ketinggian tempat (penyebaran secara vertikal) sbb:
f.1. Hutan Payau
Hutan
ini sering juga disebut dengan hutan Bakau atau hutan Mangrove, karena
adanya jenis Bakau yang mendominasi tegakan hutan ini. Hutan payau
tumbuh di daerah pantai yang selalu tergenang air laut. Terpengaruh
pasang surut. Tidak dipengaruhi oleh iklim. Tanahnya berlumpur,
berpasir, atau lumpur berpasir. Hutan ini hanya mempunyai satu sratum
tajuk. Pohon dapat mencapai 30 meter.
Menurut
Arief (1994) pada hutan payau terdapat campuran air tawar dari sungai
dengan air laut.Karena tidak terdapat ombak besar di pantai maka terjadi
pembentukan hutan ini. Daun dari pohon yang tumbuh umumnya berdaun
tebal, hal ini merupakan usaha pohon-pohon tersebut dalam rangka
adaptasi evaporasinya.
Komposisi
hutan payau ini mulai dari laut kedarat adalah : Rhizhopora, Avicenia,
Sonneratia, Xylocarpus, Lumnitzera, Bruguiera. Tumbuhan bawah terdiri
dari Acrostichum aureum, Acanthus lucifolia. Sementara Nypa merupakan batas antara hutan Payau
dengan hutan Rawa yang berada dibelakangnya. Susunan formasi seperti
ini ada hubungannya dengan kadar garam yang dikandung dalam air payau
tersebut semakin dekat pantai kadar garam semakin berkurang.
Jenis pohon lain yang tumbuh di hutan payau ini ialah Avicennia marina (api-api), Rhizophora stylosa (bakau), Bruguiera (tancang), Xylocarpus granatum (nyirih), Sonneratia (repat)
Di
Indonesia berdasarkan catatan yang ada, pada tahun 1980 terdapat
sekitar 3,8 juta hektar hutan payau yang tersebar seperti pada Tabel berikut ini:
Tabel Penyebaran Hutan Mangrove di Indonesia
NO
|
Pulau/Daerah
|
Luas (Ha)
|
Persentase
|
1
|
Sumatra
|
400.000
|
10.5
|
2
|
Kalimantan
|
275.000
|
7,2
|
3
|
Jawa
|
40.441
|
1,1
|
4
|
Sulawesi
|
53.000
|
1,4
|
5
|
Maluku
|
100.000
|
2,6
|
6
|
Irian Jaya
|
2.934.000
|
77,1
|
7
|
Nusa Tenggara
|
3.678
|
0,1
|
Total
|
3.806.119
|
100,0
|
f.2. Hutan Rawa
Hutan
rawa dijumpai pada daerah yang selalu tergenang air tawar, tidak
terpengaruh iklim. Umumnya terletak dibelakang hutan Payau, dengan jenis
tanah aluvial. Tegakan hutan selalu hijau dengan pohon yang tingginya
dapat mencapai 40-60 meter. Hutan rawa mempunyai beberapa stratum dan
bentuknya hampir menyerupai hutan hujan. Dijumpai pohon-pohon yang
mempunyai akar lutut yang berguna untuk bernafas karena adanya rongga.
Jenis-jenis yang terdapat pada tipe hutan rawa ini antara lain: Xylopia
spp, Palaqium leicarpum, Shorea uliginosa, Campnosperma macrophylla,
Garcinia spp, Eugenia spp, Canarium spp, Koompasia spp, serta Calophyllum spp.
f.3 Hutan Gambut
Hutan Gambut merupakan hutan yang tumbuh pada areal dimana air
menggenang dalam keadaan asam yaitu dengan pH rata-rata 3,5 – 4,0. Di
Indonesia hutan Gambut terbentuk pada daerah dengan tipe iklim A dan B
dan tanah Organosol dengan lapisan gambut lebih dari 50 Cm, misalnya
dijumpai di pantai Timur P. Sumatra memanjang dari utara sampai selatan.
Di
Kalimantan mulai bagian utara Kalimantan Baratt sejajar panttai
memanjang ke selatan dan ketimur sepanjang panttai selatan sampai bagian
hilir aliran S. Barito. Sedangkan di Irian Jaya dijumpai di bagian
selatan.
Gambut terbentuk karena
adanya pohon yang tumbang dan tenggelam kedalam lumpur dimana hanya
terdapat sedikit oksigen. Hal ini menyebabkan proses pelapukan oleh
jazad renik tidak berjalan dengan sempurna maka tumpukan serasah dan
tumbuhan itu lama kelamaan berubah mejadi gambut yang dapat mencapai
ketebalan 20 meter.Di negara Belanda, Jerman gambut sudah diusahakan
sebagai bahan bakar, gambut tersebut dibuat menjadi briket lalu
dikeringkan.
Jenis pohon yang dijumpai dihutan gambut Indonesia adalah Alstonia spp, Dyera spp, Durio carrinatus, Palaqium spp, Tristania spp, Eugenia spp, Cratoxylon arborescens, Myristica.
Di Kalimantan barat jenis yang terkenal dari hutan gambut ini ialah Ramin (Gonistylus sp).)
Rusia
merupakan negara yang mempunyai hutan gambut paling luas di dunia,
mencapai 60% luas gambut dunia, sedangkan Kanada hutan gambut mencapai
136 juta Ha.
f.4. Hutan Rawa
Hutan
rawa dijumpai pada daerah yang selalu tergenang air tawar, tidak
terpengaruh iklim, umumnya terletak di belakang hutan Payau, dengan
jenis tanah alluvial. Hutan rawa merupakan habitat tumbuhan yang
didirikan adanya aerasi air dan udara yang jelek. Di jumpai tumbuhan
yang berakar lutut yang tunasnya terendam air tetapi bisa bernafas
karena adanya rongga. Pohon-pohon mempunyai tajuk berlapis dan bisa
mencapai tinggi 50-60 M.
Jenis-jenis tumbuhan yang ada seperti Adina sp, Alstonia sp, Dyera sp, Palaqium lesiocarpum, Eugenia spp, Canarium spp., Metroxylon spp., Garcinia spp., Pandanus.
Hutan
rawa banyak dijumpai hampir di seluruh Indonesia seperti di Sumatra
bagian timur, Kalimantan Barat, Kalimantan Selatan, bagian selatan Irian
Jaya.
f.5. Hutan Pantai
Dijumpai
pada daerah pantai yang kering. Tidak terpengaruh iklim, tanah berpasir
dan berbatu dan terletak pada daerah diatas garis pasang tertinggi.
Hutan ini dijumpai di pantai selatan Jawa, pantai barat Sumatra, pantai
Sulawesi.
Jenis pohon yang menjadi ciri hutan pantai ini ialah
Baringtonia speciosa, Terminalia catappa, Calophyllum inophyllum,
Hibiscus tiliacius, Casuarina equisetifolia dan Pisonia grandis. Banyak juga dijumpai Pandanus tectonicus, demikian juga epiphit dan anggrek.
g. Berdasarkan iklim/penyebaran hutan dunia
Yang
dimaksud dengan iklim ialah suatu keseluruhan dari keadaan atmosfir
dalam jangka waktu panjang dan empat yang berlainan. Sering kali iklim
dikemukakan sebagai keadaan rata-rata dari cuaca, bahkan lebih luas lagi
iklim meliputi keadaan-keadaan ekstrim dari tiap-tiap unsur cuaca
seperti suhu maksimum dan minimum, kelembaban maksimum dan minimum ( M.
Hasan,1970). Sedangkan yang dinamakan cuaca ialah keadaan fisis dari
atmosfir pada suatu saat yang pendek dan suatu empat tertentu, jadi
menunjukkan perubahan jangka pendek dari unsur-unsur iklim.
Cuaca
dan iklim suatu tempat terbentuk dari ramuan berbagai unsur seperti
suhu, tekanan, kelembaban presipitasi, penguapan, keawanan dan radiasi.
Unsur-unsur itu dinamakan unsur cuaca dan iklim. Cuaca berubah dari hari
ke hari dan iklim berubah dari tempat ketempat yang disebabkan oleh
perbedaan besarnya, kekuatannya dan daerah penyebarannya dari
unsur-unsur cuaca dan iklim terutama sekali suhu dan presipitasi.
Unsur iklim berbeda dari tempat ketempat karena adanya pengendali iklim. Pengendali
iklim tersebut ialah a) lintang bumi, b) penyebaran daratan dan
perairan, c)kekasaran bumi, d) gunung-gunung atau pegunungan, e)
pusat-pusat tekanan tinggi dan tekanan rendah, f) letak ketinggian, g)
arus laut, h) berbagai bentuk hujan dan angin.
Sedangkan unsur-unsur iklim itu sendiri ialah a) suhu, b) tekanan udara, c) kelembaban, d) presipitasi, e) angin.
Dalam
kaitannya dengan vegetasi hutan maka iklim suatu tempat akan
mempengaruhi pembentukan tipe hutan disamping juga dipengaruhi oleh
keadaan dan sifat tanah. Maka dalam klasifikasi huttan
berdasarkan iklim digunakan daerah iklim yang mendasarkan kepada
suhu-suhu rata-rata (bulanan), curah hujan (setahun), dan lamanya bulan
basah/kering (setahun).
Yang
dimaksud dengan bulan basah ialah apabila jumlah curah hujan lebih dari
100 mm. Sedangkan yang dimaksud dengan bulan kering ialah bila jumlah
curah hujan dalam bulan tersebut kurang dari 60 mm.
Dalam mengklasifikasikan hutan berdasarkan iklim maka dikenal adanya a)hutan
tropika, b) hutan sub-tropika, c) hutan campuran daerah beriklim
sedang, d) hutan daun jarum daerah beriklim sedang, e) hutan daun jarum
daerah boreal (Junus dkk, 1984).
a) Hutan Tropika
Yang dinamakan daerah tropika ialah daerah di permukaan bumi yang berada diantara 23o27‘ LU dan 23O27‘ LS.
Dalam hal ini maka iklim tropika sangat mempengaruhi zone tropis . Yang
menjadi ciri daerah tropika dalam kaitannya dengan iklim tropis ialah
dicirikan dengan adanya suhu rata-rata bulanan yang lebih besar dari 20O C.
Untuk
diketahui bahwa luas hutan di bumi diperkirakan 3.604,7 juta Ha. Yang
terdiri Hutan Boreal 920 juta Ha, Hutan beriklim sedang seluas 746,7
juta Ha dan hutan Tropika seluas 1.937 juta Ha. Jadi hutan tropika ada sebanyak 53,7% dari total hutan di dunia.
Atas dasar klasifikasi iklim yang dilakukan oleh Koppen maka hutan tropika dapat dibagi lagi menjadi :
a.1. Hutan tropis basah
a.2. Hutan tropis basah gugur daun
a.3. Hutan sabana
a.4. Hutan Belukar dan berduri.
a.1. Hutan tropis basah
Hutan
ini kaya akan jenis. Menurut Junus dkk (1984) dalam l hektar hutan
dijumpai lebih dari 40 jenis, bahkan pohon dengan diameter lebih dari 10
Cm kadang-kadang lebih dari 100 jenis. Keanekaragaman hayati hutan
tropis basah ini tinggi.
Atas
dasar perkiraan kasar di Indonesia terdapat 10% dari semua jenis
tumbuhan yang terdapat di Bumi, 12% dari semua jenis hewan menyusui, 16%
dari semua jenis hewan melata dan ampibhi, dan 17% dari semua jenis
burung (Soemarwoto,1992).
Di dunia diketahui ada 3 formasi hutan tropis basah yang luas yaitu : American Rain Forest, Africa Rain forest, dan Indo Malaya Rain Forest.
Iklim tempat hutan tropis basah terbentuk menurut Koppen adalah Af, dengan ciri sbb:
-suhu bulanan rata-rata 20OC – 25OC
-curah jujan 2000 mm — 5000 mm per tahun.
Jenis pohon utama di Asia Tenggara ialah Diperocarpus spp, dan Shorea spp; sedangkan di Afrika ialah Terminalia spp., Khaya spp.; dan di Amerika ialah Swietania spp., Cadrela spp.
Atas dasar letak hutan dari permukaan laut, maka hutan hujan tropika dibedakan dalam 3 (tiga) zone, yaitu :
Zone I : 0 – 1000 M dpl merupakan hutan tropis dataran rendah.
Zone II : 1000 – 3.300 M dpl, hutan tropis basah pegunungan rendah.
Zone III : 3.300 – 4.100 M dpl, ht tropis basah pegunungan tinggi
a.l.l. Hutan Tropis Basah dataran rendah
Di Indonesia hutan ini dijumpai di pulau
Sumatra, Kalimantan, tali Abu, Mangole, Sanana, Obi, Buru, dan Seram.
Jenis utama yang mendominasi hutan ini ialah dari famili
Dipterocarpaceae seperti Shorea spp, Dipterocarpus spp, Hopea spp, Vatica spp, Driobalanops spp, dan Cotylelobium spp.
Jenis pohon lain yang juga banyak dijumpai dalam zone hutan ini ialah Agahis spp, Kompassia spp, Dyera spp, Lauraceae, dan jenis-jenis Myrtaceae , Myristicaceae dan Ebenaceae.
Di Pulau Jawa dan Nusa Tenggara terdapat jenis Altingia, Bisschofia, Castanopsis, Ficus, Gossampius serta famili Caesalpinaceae dan Leguminoceae.
Di
Indonesia bagian timur yang meliputi Sulawesi, Maluku dan Irian Jaya,
hutan tropis basah ini merupakan hutan campuran dengan jenis-jenis pohon
seperti Palaqium, Pometia pinnata, Instia spp, Diospyros spp, Koordersiodendron pinnatum dan Canarium spp.
a.1.2 Hutan tropis Basah Pegunungan Rendah
Jenis-jenis pohon yang dijumpai pada tipe hutan tropis basah pegunungan tinggi ini ialah Quercus, Castanopsis, Nothofagus,dan jenis-jenis dari Magnoliaceae dan Ulmus.
Pada beberapa tempat terdapat kekhususan sendiri seperti di Aceh dan Sumatra Utara tumbuh jenis Pinus merkusii.Di Jawa Tengah terdapat jenis Albizzia montana, dan Anaphalis javanica. Dibeberapa tempat di Jawa Timur dijunpai jenis Cassuarina junghuniana(cemara gunung). Di Sulawesi terdapat kelompok Aghatis dan Podocarpus.
Di Indonesia bagian Timur dijumpai jenis-jenis Trema, Vaccinium, Podocarpus imbricatus. Famili Dipterocarpaceae hanya dapat dijumpai pada beberapa tempat sampai ketinggian 1.200 M dpl.
a.1.3 Hutan Tropis Basah Pegunungan Tinggi
Hutan pada zone ini umumnya merupakan kelompok hutan yang terpisah-pisah oleh padang rumput atau belukar.
Di Irian Jaya pada hutan ini dijumpai jenis-jenis Dacridium spp, Libocedrus spp, Phyllocladus spp, Podocarpus spp. Disamping Conifer terdapat jenis-jenis Dicotyledoneae, Eugenia spp, Callophyllum spp, dan Vaccinium spp.
Di Indonesia bagian barat pada ketinggian diatas 1.300 M dpl pada umumnya terdapat kelompok-kelompok tegakan Leptospermum spp, Tristania spp, dan Phyllocladus spp.
a.2. Hutan tropis basah gugur daun
Terdapat di Asia Tenggara, Afrika dan Amerika, tumbuh pada daerah yang beriklim Am (menurut klasifikasi Koppen).
Iklim Am mempunyai ciri-ciri, curah hujan dalam setahun 1.250 – 2.000 mm, suhu rata-rata bulanan 20o – 27oC, periode kering antara 4 – 6 bulan.
Jenis pohon utama yang tumbuh di Asia Tenggara ialah Jati(Tectona grandis). Di Amerika yaitu di New Mexico, Brazilia, Argentina Swietenia spp. Di Ausralia Eucalyptus spp. Di Afrika jenis utamanya ialah Khaya spp., Isobernalia spp.
Atas dasar ketinggian tempat maka hutan musim di Indonesia dibedakan adanya 2 (dua) zone yaitu :
Zone I : 0 – 1000 M, hutan musim dataran rendah
zone II : 1000 – 4.100, hutan musim pegunungan rendah dan tinggi.
Hutan
musim dapat dijumpai di Indonesia misalnya di Jawa Tengah, Jawa Timur,
Nusa Tenggara dan sebagian kecil pulau lain seperti di Maluku bagian
Tenggara, Irian bagian selatan yaitu di Tanah Merah.
Hutan
didominasi oleh jenis pohon yang pada musim kering menggugurkan daun.
Hutan ini kaya dengan tumbuhan merambat yang berkayu dan tumbuhan herba.
Di dalam hutan terdapat dua lapisan tajuk yang jelas.
Apabila
menggunakan klasifikasi iklim berdasarkan Smith dan Ferguson maka hutan
musim ini dapat dijumpai pada daerah yang mempunyai tipe iklim C dan D.
a.2.1 Hutan musim Dataran Rendah
Di pulau Jawa Tectona grandis, Acasia leucophoea, Actinophora fragans, Albizia chinensis, Caesalpinia digyna merupakan jenis-jenis pohon yang menjadi ciri hutan musim. Sedangkan di Nusa Tenggara jenis-jenis pohon yang menjadi ciri hutan musim ini ialah antara lain : Eucalyptus deglupta, Santalum album (Cendana). Di Maluku dan Irian Jaya ialah Melaleuca leucadendron, Caryphautan,dan Timonius cerycus.
a.2.2 Hutan musim Pegunungan rendah dan tinggi
Jenis-jenis pohon yang dijumpai dan merupakan ciri dari hutan ini untuk daerah Jawa Tengah dan Jawa Timur ialah Casuarina junghuniana. Di Indonesia bagian Timur Eucalyptus spp, di Sumatra Pinus merkusii.
a.3. Hutan Sabana.
Terdapat
di Amerika Selatan, Amerika Utara, Asia Tenggara, Afrika, Ausralia dan
Eropa. Pada daerah-daerah dengan iklim yang dicirikan dengan suhu
bulanan rata-rata – 15oC – 25oC, curah hujan per tahun 900 – 1000 mm dan periode kering 4 – 5 bulan.
a.4. Hutan belukar dan berduri.
Terdapat
di Amerika Selatan, Asia pada daerah dengan curah hujan setahun kurang
dari 1000 mm, periode kering lebih dari 6 bulan. Jenis yang tumbuh
seperti:
Cactus spp, Mimosa spp, Acasia spp, Bombax spp, Euphorbiaceae, Caesalpinia spp.
b) Hutan sub-tropika
Ciri Iklim dari hutan sub-tropika ialah suhu bulanan rata-2 berkisar antara 10 – 20oC,
curah hujan 250 mm – 1000 mm per tahun, terdapat di Florida , Chili,
Brazilia Tenggara, dan di pegunungan Andes pada daerah dibawah 1500 m
dpl.
c) Hutan campuran daerah beriklim sedang
Terdapat di Amerika Utara, Amerika Latin, Afrika, Ausralia, dan Eropah. Jenis pohon yang tumbuh antara lain Pinus spp, Larix spp, Podocarpus spp, Eucalyptus spp, Notofagus spp.
d) Hutan daun jarum daerah beriklim sedang
Daerah hutan ini mempunyai suhu rata-rata -10oC – 20oC, jurah hujan berkisar 150 mm – 1000 mm per tahun. Jenis pohon yang tumbuh antara lain : Pinus spp, Picea spp, Larix spp, Podocarpus spp, Agahis spp.
e) Hutan daun jarum daerah boreal
Hutan ini terdapat di daerah sebelah utara 60o LU, mempunyai iklim dengan ciri suhu rata-rata bulanan antara -20oC – 10oC, curah hujan yang tinggi. Jenis yang tumbuh:Pinus spp, Picea spp, Abies spp, dan Larix spp.
PENGERTIAN HUTAN Pada hakekatnya hutan merupakan perwujudan dari lima unsur pokok yang terdiri dari bumi, air, alam hayati, udara ...
Baca Selengkapnya »