Tehnik Okulasi (grafting) Pada Tanaman Kehutanan
Grafitng atau ent, istilah asing yang sering kita dengar itu, adalah
menghubungkan batang bawah dan batang atas dari tanaman yang berberda,
sehingga membentuk persenyawaan. kombinasi ini akan terus tumbuh
membentuk tanaman baru.
Mengenten atau Penyambungan (Grafting) serta
Okulasi atau Penempelan Mata Tunas (Budding) merupakan teknik perbanyak
tanaman yang dilakukan secara vegetatif. Selain kedua teknik ini masih
ada teknik-teknik yang lain seperti Mencangkok (Air Layering) dan
Perundukan Tanaman (Ground Layering). Pada teknik perbanyakan secara
Grafting perlu disediakan bagian tanaman sebagai calon batang atas dan
bagian tanaman sebagai calon batang bawah (dari tanaman sejenis).
Umumnya calon batang atas adalah tanaman yang produksinya diutamakan
sedangkan batang bawah adalah batang yang memiliki ketahanan terhadap
faktor lingkungan seperti kekeringan dan lain sebagainya. Untuk
penyambungan, calon batang bawah dipotong berbentuk huruf v sedangkan
batang atasnya dipotong menyerong kiri-kanan agar dapat diselipkan
secara tepat pada batang bawah. Setelah diselipkan secara tepat,
sambungan ini lalu di ikat membentuk satu tanaman utuh
|
Add caption |
).Tahap-tahap okulasi
Secara
umum pekerjaan okulasi ini terdiri dari pengirisan batang pokok
(membuat jendela okulasi), pengambilan dan penyisipan mata, pengikatan
tempelan, pelepasan ikatan, dan pemotongan batang bawah. Pelepasan
ikatan dan pemotongan batang bawah sering juga disebut pemerliharaan
okulasi.
a. Mengiris batang bawah (membuat jendela okulasi)
Bentuk
irisan tergantung pada cara okulasi yang kita pilih. Misalnya kita
lakukan irisan dengan bentuk huruf T, apabila kita melakukan okulasi
cara huruf T. Irisan ini dibuat pada bagian kulit yang halus, irisan
tidak boleh terlalu dalam, dan kedalaman yang baik adalah setebal kulit
batang. Jika irisan terlalu dalam dan melukai bagian kayunya dapat
mengakibatkan kegagalan okulasi.
Posisi
atau letak jendela okulasi harus memperhatikan letak matahari, bila
matahari berada di sebelah utara katulistiwa, maka letak jendela okulasi
diusahakan di sebelah selatan. Begitu juga bila matahari berada di
sebelah selatan katulistiwa maka letak jendela okulasi berada di sebelah
utara. Hal ini untuk menghindari agar tempelan tidak terkena sinar
matahari secara langsung. Cara ini berlaku hanya pada bibit batang bawah
yang disemaikan dalam bedengan. Bila batang bawah disemaikan pada
polybag/pot letak jendela okulasi tidak menjadi masalah, karena bibit
yang disemaikan dalam polybag mudah diatur letak/posisinya.
b. Mengambil mata tempel
Pengambilan mata dapat dilakukan dengan tiga cara. Dengan demikian
dapat diperoleh bentuk mata tempel yang sesuai dengan cara okulasi yang
digunakan.
Ketiga macam bentuk pengambilan mata yaitu :
1)Segi empat
Bentuk
sayatan segi empat dapat diperoleh dengan mengiris secara horizontal ±
1,5 cm di atas dan di bawah mata tunas. Kemudian ujung-ujung irisan kita
hubungkan sehingga membentuk segi empat. Selanjutnya mata tempel kita
lepaskan dengan menggunakan pisau atau kuku. Cara ini dilakukan apabila
keadaan/kondisi batang atas mudah di kelupas kulit kayunya.
2)Sayatan
Bila
cara pengambilan mata bentuk segi empat sulit dilakukan dapat dilakukan
pengambilan mata dengan bentuk sayatan. Penyayatan dapat dimulai dari
atas atau dari bawah mata. Panjang sayatan ± 3 cm, dan mata tunas berada
di tengah-tengah sayatan.
Dalam
penyayatan ini dapat diikutsertakan sedikit kayunya. Setelah tersayat
dengan pelan-pelan kayunya di lepaskan. Kemudian kita lihat dari balik
mata tunas, apakah mata tunasnya berlubang atau tidak, bila mata
tunasnya berlubang tidak dapat digunakan untuk okulasi karena mata
tersebut telah rusak.
3)Bulatan/tempel
Pengambilan
mata tunas yang bulat tidak menggunakan pisau okulasi, tetapi
menggunakan pisau khusus yang berbentuk seperti stempel bulat. Pisau ini
ditancapkan pada cabang tempat mata tunas, lalu di angkat sehingga mata
tunas beserta kulitnya akan menempel pada pisau.
c. Penyisipan/penempelan mata tunas
Mata tunas yang diperoleh kemudian disisipkan pada jendela okulasi yang telah dibuat pada batang bawah..
Penyisipan ini harus dilakukan
secara hati-hati, jangan sampai merusak kambium. Pada saat penempelan
mata tunas, jangan sampai ada kotoran yang menempel pada kambium karena
dapat mengganggu menyatunya penempelan
d. Mengikat tempelan
Untuk
mengikat tempelan dapat menggunakan plastik polianil khlorida. Ukuran
tali pengikat kira-kira panjang ± 20 cm lebar ± 1,5 cm, dan tebalnya 0,1
mm. Cara mengikat tempelan dari bawah ke atas atau sering disebut
dengan sistim genteng.
Perlu diperhatikan dalam
pengikatan ini mata tunas jangan diikat terlalu erat. Hal tersebut dapat
mengaki batkan kerusakan pada mata tunas, atau bila memungkin kan mata
tunas tidak perlu diikat.
Ikatan
e. Membuka ikatan
Setelah kurang lebih 1 bulan setelah pelaksanaan okulasi, ikatan dibuka untuk dilihat mata tempelnya.
Bila mata tempel masih kelihat
an hijau segar dan sudah melekat dengan batang bawah pertanda okulasi
ini berhasil. Bila mata tempel berwarna hijau kemerahan atau hitam maka
okulasi ini gagal.
Okulasi yang berhasil
f. Memotong batang bawah
Pemotongan
batang bawah dilakukan bila okulasi tersebut sudah dipastikan hidup.
Pemotongan ini dapat dilakukan dengan tiga cara yaitu:
Ø
Batang bawah langsung dipotong ± 1 cm di atas okulasi/ mata tempelan
dengan bentuk potongan miring kebelakang, sehingga air hujan/siraman
dapat jatuh dan tidak mengenai tempelan.
Ø Batang pokok ± 10 cm di
atas mata tempel, dengan tujuan apabila tunas sudah tumbuh tinggi dapat
digunakan untuk mengikat tunas, agar tunas dapat tumbuh tegak lurus.
Apabila tunas sudah tumbuh mencapai ± 30 cm, maka batang bawah dipotong
dengan ketinggian ± 10 cm di atas tempelan.
Ø Tinggi pemotongan batang
bawah sangat tergantung pada jenis tanamann. Misal tanaman adpokat,
pemotongan batang bawah dilakukan pada ketinggian ± 30-40 cm di atas
tempelan. Bila pemotongan dilakukan terlalu pendek, tunas okulasi akan
mati bersama batang di atasnya.
Ø Pemotongan tidak dilakukan
sekaligus yaitu batang bawah cukup dipotong ½ batang ± 10 cm di atas
temepelan. Kemudian batang bawah di lengkungkan. Hal ini dimaksudkan
agar peredaran makanan masih berlangsung sehingga pertumbuhan tunas
lebih cepat dan kuat. Setelah tunas okulasi dirasakan sudah cukup kuat,
batang bawah baru dipotong seluruhnya.
Untuk menghindari terjadinya
infeksi maka luka bekas potongan segera ditutup. Penutupan ini dapat
dilakukan dengan menggunakan lilin atau cat untuk menjaga agar
pertumbuhan tunas okulasi dapat tegak lurus. Tunas yang tumbuh segar
diikat pada patok/tiang (bila dilakukan cara pemotongan yang pertama).
Tunas yang tumbuh segar diikat pada patok/tiang (bila dilakukan cara pemotongan yang pertama).
Bila pemotongan batang bawah menggunakan cara yang kedua dan ketiga, maka langsung diikat pada batang bawahnya.
Pengikatan tunas okulasi
2).Cara okulasi
Banyak cara okulasi yang bisa dilakukan diantaranya adalah: okulasi huruf T. Okulasi cara forhert, segi empat dan bulat.
Huruf T dan Forkert
3).Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap keberhasilan okulasi/tempelan
Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap penempelan dapat dibagi menjadi tiga golongan :
a. Faktor lingkungan
Ø Waktu penempelan
Pada umumnya penempelan dilakukan pada waktu cuaca yang cerah, tidak hujan, dan tidak di bawah terik matahari.
Ø Temperatur dan kelembaban
Temperatur
dan kelembaban yang optimal akan mempertinggi pembentukan jaringan
halus, yang sangat diperlukan untuk berhasilnya suatu tempelan.
Temperatur
yang diperlukan dalam penempelan berkisar antara 7,20 C-320 C, bila
temperatur kurang dari 7,20 C pembentukan kalus akan lambat. Bila lebih
dari 320 C pembentukan kalus juga lambat dan dapat mematikan sel-sel
pada sambungan. Temperatur optimum pada penyambungan adalah 250C-300C.
Penempelan
memerlukan kelembaban yang tinggi, bila kelembaban rendah akan
mengalami kekeringan, dan menghambat/menghalangi pembentukan kalus pada
sambungan karena banyak sel-sel pada sambungan mati.
Ø Cahaya
Cahaya
matahari berpengaruh pada waktu pelaksanaan penempelan berlangsung.
Oleh karena itu penyambungan sebaiknya dilakukan pada waktu pagi atau
sore hari pada saat matahari kurang kuat memancar dan sinarnya. Cahaya
yang terlalu panas akan mengurangi daya tahan batang atas terhadap
kekeringan, dan dapat merusak kambium pada daerah sambungan.
b). Faktor tanaman
Ø Kompatibilitas dan inkompatibilitas
Pada
umumnya batang atas dan batang bawah dari varietas yang sama akan
menghasilkan tempelan yang kompatibel, dan biasanya gabungan
tanaman/hasil tempelan yang dihasilkan akan hidup lama, produktif dan
kuat. Lawan dari kompatibel adalah inkompatibel.
Gejala-gejala inkompatibilitas antara dua tanaman yang di tempel antara lain :
1) Gabungan antara species, varietas atau klou-klou yang tidak pernah membentuk sambungan.
2) Gabungan antara dua tanaman dimana jumlah dari keberhasilan sambungan sangat kecil.
3) Setelah sambungan tumbuh, tetapi tanaman tiba-tiba mati.
4) Adanya perbedaan antara batang atas dan batang bawah dalam pertumbuhan vegetatif pada permulaan atau akhir musim.
5) Adanya petumbuhan yang berlebihan di atas atau di bawah sambungan.
6) Terjadi penghambatan tumbuh pada tanaman hasil sambungan (tanaman menjadi kerdil).
Ø Keadaan fisiologi tanaman
Beberapa tanaman mengalami kesukaran untuk ditempelkan ke tanaman lain, karena jenis tanaman tersebut sulit membentuk kalus.
Ø Pengelupasan kulit kayu
Pengelupasan
kulit kayu sangat berpengaruh pada okulasi. Bila kulit kayu mudah
mengelupas, kerusakan kambium pada batang atas dan batang bawah yang
akan diokulasi dapat dihindari.
Ø Penyatuan kambium
Agar
persentuhan kambium batang atas dan batang bawah lebih banyak terjadi,
maka diperlukan ukuran batang bawah dan batang atas dipilih yang hampir
sama.
c). Faktor pelaksana
1.Keahlian
Kecepatan menyambung merupakan pencegahan paling baik terhadap infeksi penyakit dan kerusakan pada kambium.
2.Kesempurnaan alat
Dalam penyambungan diperlukan ketajaman dan kebersihan alat, tali pengikat yang tipis dan lentur.
Tehnik Okulasi (grafting) Pada Tanaman Kehutanan Grafitng atau ent, istilah asing yang sering kita dengar itu, adalah menghubungkan b...