Teknik Okulasi (grafting)

on Senin, 01 April 2013
Tehnik Okulasi (grafting) Pada Tanaman Kehutanan


Grafitng atau ent, istilah asing yang sering kita dengar itu, adalah menghubungkan batang bawah dan batang atas dari tanaman yang berberda, sehingga membentuk persenyawaan. kombinasi ini akan terus tumbuh membentuk tanaman baru.
Mengenten atau Penyambungan (Grafting) serta Okulasi atau Penempelan Mata Tunas (Budding) merupakan teknik perbanyak tanaman yang dilakukan secara vegetatif. Selain kedua teknik ini masih ada teknik-teknik yang lain seperti Mencangkok (Air Layering) dan Perundukan Tanaman (Ground Layering). Pada teknik perbanyakan secara Grafting perlu disediakan bagian tanaman sebagai calon batang atas dan bagian tanaman sebagai calon batang bawah (dari tanaman sejenis). Umumnya calon batang atas adalah tanaman yang produksinya diutamakan sedangkan batang bawah adalah batang yang memiliki ketahanan terhadap faktor lingkungan seperti kekeringan dan lain sebagainya. Untuk penyambungan, calon batang bawah dipotong berbentuk huruf v sedangkan batang atasnya dipotong menyerong kiri-kanan agar dapat diselipkan secara tepat pada batang bawah. Setelah diselipkan secara tepat, sambungan ini lalu di ikat membentuk satu tanaman utuh
Add caption

).Tahap-tahap okulasi
Secara umum pekerjaan okulasi ini terdiri  dari pengirisan batang pokok (membuat jendela okulasi), pengambilan dan penyisipan mata, pengikatan tempelan, pelepasan ikatan, dan pemotongan batang bawah. Pelepasan ikatan dan pemotongan batang bawah sering juga disebut pemerliharaan okulasi.

 a.    Mengiris batang bawah (membuat jendela okulasi)
Bentuk irisan tergantung pada cara okulasi yang kita pilih. Misalnya kita lakukan irisan dengan bentuk huruf T, apabila kita melakukan okulasi cara huruf T.  Irisan ini dibuat pada bagian kulit yang halus, irisan tidak boleh terlalu dalam, dan kedalaman yang baik adalah setebal kulit batang. Jika irisan terlalu dalam dan melukai bagian kayunya dapat mengakibatkan kegagalan okulasi.
Posisi atau letak jendela okulasi harus memperhatikan letak matahari, bila matahari berada di sebelah utara katulistiwa, maka letak jendela okulasi diusahakan di sebelah selatan. Begitu juga bila matahari berada di sebelah selatan katulistiwa maka letak jendela okulasi berada di sebelah utara. Hal ini untuk menghindari agar tempelan tidak terkena sinar matahari secara langsung. Cara ini berlaku hanya pada bibit batang bawah yang disemaikan dalam bedengan. Bila batang bawah disemaikan pada polybag/pot letak jendela okulasi tidak menjadi masalah, karena bibit yang disemaikan dalam polybag mudah diatur letak/posisinya.

b.   Mengambil mata tempel
    Pengambilan mata dapat dilakukan dengan tiga cara. Dengan demikian dapat diperoleh bentuk mata tempel yang sesuai dengan cara okulasi yang digunakan.
Ketiga macam bentuk pengambilan mata yaitu :
1)Segi empat
Bentuk sayatan segi empat dapat diperoleh dengan mengiris secara horizontal ± 1,5 cm di atas dan di bawah mata tunas. Kemudian ujung-ujung irisan kita hubungkan sehingga membentuk segi empat. Selanjutnya mata tempel kita lepaskan dengan menggunakan pisau atau kuku. Cara ini dilakukan apabila keadaan/kondisi batang atas mudah di kelupas kulit kayunya.
2)Sayatan
Bila cara pengambilan mata bentuk segi empat sulit dilakukan dapat dilakukan pengambilan mata dengan bentuk sayatan. Penyayatan dapat dimulai dari atas atau dari bawah mata. Panjang sayatan ± 3 cm, dan mata tunas berada di tengah-tengah sayatan.
Dalam penyayatan ini dapat diikutsertakan sedikit kayunya. Setelah tersayat dengan pelan-pelan kayunya di lepaskan. Kemudian kita lihat dari balik mata tunas, apakah mata tunasnya berlubang atau tidak, bila mata tunasnya berlubang tidak dapat digunakan untuk okulasi karena mata tersebut telah rusak.

3)Bulatan/tempel
Pengambilan mata tunas yang bulat tidak menggunakan pisau okulasi, tetapi menggunakan pisau khusus yang berbentuk seperti stempel bulat. Pisau ini ditancapkan pada cabang tempat mata tunas, lalu di angkat sehingga mata tunas beserta kulitnya akan menempel pada pisau.

c.  Penyisipan/penempelan mata tunas
        Mata tunas yang diperoleh kemudian disisipkan pada jendela okulasi yang telah dibuat pada batang bawah..

Penyisipan ini harus dilakukan secara hati-hati, jangan sampai merusak kambium. Pada saat penempelan mata tunas, jangan sampai ada kotoran yang menempel pada kambium karena dapat mengganggu menyatunya penempelan    
 
d. Mengikat tempelan
Untuk mengikat tempelan dapat menggunakan plastik polianil khlorida. Ukuran tali pengikat kira-kira panjang ± 20 cm lebar ± 1,5 cm, dan tebalnya 0,1 mm. Cara mengikat tempelan dari bawah ke atas atau sering disebut dengan sistim genteng.

Perlu diperhatikan dalam pengikatan ini mata tunas jangan diikat terlalu erat. Hal tersebut dapat mengaki batkan kerusakan pada mata tunas, atau bila memungkin kan mata tunas tidak perlu diikat.     
 Ikatan    

e. Membuka ikatan
Setelah kurang lebih 1 bulan setelah pelaksanaan okulasi, ikatan dibuka untuk dilihat mata tempelnya.

Bila mata tempel masih kelihat an hijau segar dan sudah melekat dengan batang bawah pertanda okulasi ini berhasil. Bila mata tempel berwarna hijau kemerahan atau hitam maka okulasi ini gagal.
Okulasi yang berhasil

f. Memotong batang bawah
Pemotongan batang bawah dilakukan bila okulasi tersebut sudah dipastikan hidup.  Pemotongan ini dapat dilakukan dengan tiga cara yaitu:
Ø    Batang bawah langsung dipotong ± 1 cm di atas okulasi/ mata tempelan dengan bentuk potongan miring kebelakang, sehingga air hujan/siraman dapat  jatuh dan tidak mengenai tempelan.

Ø    Batang pokok ± 10 cm di atas mata tempel, dengan tujuan apabila tunas sudah tumbuh tinggi dapat digunakan untuk mengikat tunas, agar tunas dapat tumbuh tegak lurus.  Apabila tunas sudah tumbuh mencapai ± 30 cm, maka batang bawah dipotong dengan ketinggian ± 10 cm di atas tempelan.

Ø   Tinggi pemotongan batang bawah sangat tergantung pada jenis tanamann. Misal tanaman adpokat, pemotongan batang bawah dilakukan pada ketinggian ± 30-40 cm di atas tempelan. Bila pemotongan dilakukan terlalu pendek,  tunas okulasi akan mati bersama batang di atasnya.

Ø    Pemotongan tidak dilakukan sekaligus yaitu batang bawah cukup dipotong ½ batang ± 10 cm di atas temepelan. Kemudian batang bawah di lengkungkan. Hal ini dimaksudkan agar peredaran makanan masih berlangsung sehingga pertumbuhan tunas lebih cepat dan kuat. Setelah tunas okulasi dirasakan sudah cukup kuat, batang bawah baru dipotong seluruhnya.


Untuk menghindari terjadinya infeksi maka luka bekas potongan segera ditutup.  Penutupan ini dapat dilakukan dengan menggunakan lilin atau cat untuk menjaga agar pertumbuhan tunas okulasi dapat tegak lurus. Tunas yang tumbuh segar diikat pada patok/tiang (bila dilakukan cara pemotongan yang pertama).


Tunas yang tumbuh segar diikat pada patok/tiang (bila dilakukan cara pemotongan yang pertama).
Bila pemotongan batang bawah menggunakan cara yang kedua dan ketiga, maka langsung diikat pada batang bawahnya.     
Pengikatan tunas okulasi   
  
2).Cara okulasi
Banyak cara okulasi yang bisa dilakukan diantaranya adalah: okulasi huruf T. Okulasi cara forhert, segi empat dan bulat.

Huruf T dan Forkert

3).Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap keberhasilan okulasi/tempelan
    Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap penempelan dapat dibagi menjadi tiga golongan :
a. Faktor lingkungan

Ø    Waktu penempelan
Pada umumnya penempelan dilakukan pada waktu cuaca yang cerah, tidak hujan, dan tidak di bawah terik matahari.

Ø    Temperatur dan kelembaban
Temperatur dan kelembaban yang optimal akan mempertinggi pembentukan jaringan halus, yang sangat diperlukan untuk berhasilnya suatu tempelan.
Temperatur yang diperlukan dalam penempelan berkisar antara 7,20 C-320 C, bila temperatur kurang dari 7,20 C pembentukan kalus akan lambat. Bila lebih dari 320 C pembentukan kalus juga lambat dan dapat mematikan sel-sel pada sambungan. Temperatur optimum pada penyambungan adalah 250C-300C.
Penempelan memerlukan kelembaban yang tinggi, bila kelembaban rendah akan mengalami kekeringan, dan menghambat/menghalangi pembentukan kalus pada sambungan karena banyak sel-sel pada sambungan mati.

Ø    Cahaya
Cahaya matahari berpengaruh pada waktu pelaksanaan penempelan berlangsung. Oleh karena itu penyambungan sebaiknya dilakukan pada waktu pagi atau sore hari pada saat matahari kurang kuat memancar dan sinarnya. Cahaya yang terlalu panas akan mengurangi daya tahan batang atas terhadap kekeringan, dan dapat merusak kambium pada daerah sambungan.


b).    Faktor tanaman 
Ø    Kompatibilitas dan inkompatibilitas
Pada umumnya batang atas dan batang bawah dari varietas yang sama akan menghasilkan tempelan yang kompatibel, dan biasanya gabungan tanaman/hasil tempelan yang dihasilkan akan hidup lama, produktif dan kuat.  Lawan dari kompatibel adalah inkompatibel.
Gejala-gejala inkompatibilitas antara dua tanaman yang di tempel antara lain :
1)    Gabungan antara species, varietas atau klou-klou yang tidak pernah membentuk sambungan.
2)    Gabungan antara dua tanaman dimana jumlah dari keberhasilan sambungan sangat kecil.
3)    Setelah sambungan tumbuh, tetapi tanaman tiba-tiba mati.
4)    Adanya perbedaan antara batang atas dan batang bawah dalam pertumbuhan vegetatif pada permulaan atau akhir musim.
5)    Adanya petumbuhan yang berlebihan di atas atau di bawah sambungan.
6)    Terjadi penghambatan tumbuh pada tanaman hasil sambungan (tanaman menjadi kerdil).

Ø    Keadaan fisiologi tanaman
Beberapa tanaman mengalami kesukaran untuk ditempelkan ke tanaman lain, karena jenis tanaman tersebut sulit membentuk kalus.

Ø    Pengelupasan kulit kayu
Pengelupasan kulit kayu sangat berpengaruh pada okulasi. Bila kulit kayu mudah mengelupas, kerusakan kambium pada batang atas dan batang bawah yang akan diokulasi dapat dihindari.

Ø    Penyatuan kambium
Agar persentuhan kambium batang atas dan batang bawah lebih banyak terjadi, maka diperlukan ukuran batang bawah dan batang atas dipilih yang hampir sama.

c).    Faktor pelaksana

 1.Keahlian
Kecepatan menyambung merupakan pencegahan paling baik terhadap infeksi penyakit dan kerusakan pada kambium.
 2.Kesempurnaan alat
Dalam penyambungan diperlukan ketajaman dan kebersihan alat, tali pengikat yang tipis dan lentur.

Tehnik Okulasi (grafting) Pada Tanaman Kehutanan


Grafitng atau ent, istilah asing yang sering kita dengar itu, adalah menghubungkan batang bawah dan batang atas dari tanaman yang berberda, sehingga membentuk persenyawaan. kombinasi ini akan terus tumbuh membentuk tanaman baru.
Mengenten atau Penyambungan (Grafting) serta Okulasi atau Penempelan Mata Tunas (Budding) merupakan teknik perbanyak tanaman yang dilakukan secara vegetatif. Selain kedua teknik ini masih ada teknik-teknik yang lain seperti Mencangkok (Air Layering) dan Perundukan Tanaman (Ground Layering). Pada teknik perbanyakan secara Grafting perlu disediakan bagian tanaman sebagai calon batang atas dan bagian tanaman sebagai calon batang bawah (dari tanaman sejenis). Umumnya calon batang atas adalah tanaman yang produksinya diutamakan sedangkan batang bawah adalah batang yang memiliki ketahanan terhadap faktor lingkungan seperti kekeringan dan lain sebagainya. Untuk penyambungan, calon batang bawah dipotong berbentuk huruf v sedangkan batang atasnya dipotong menyerong kiri-kanan agar dapat diselipkan secara tepat pada batang bawah. Setelah diselipkan secara tepat, sambungan ini lalu di ikat membentuk satu tanaman utuh
Add caption

).Tahap-tahap okulasi
Secara umum pekerjaan okulasi ini terdiri  dari pengirisan batang pokok (membuat jendela okulasi), pengambilan dan penyisipan mata, pengikatan tempelan, pelepasan ikatan, dan pemotongan batang bawah. Pelepasan ikatan dan pemotongan batang bawah sering juga disebut pemerliharaan okulasi.

 a.    Mengiris batang bawah (membuat jendela okulasi)
Bentuk irisan tergantung pada cara okulasi yang kita pilih. Misalnya kita lakukan irisan dengan bentuk huruf T, apabila kita melakukan okulasi cara huruf T.  Irisan ini dibuat pada bagian kulit yang halus, irisan tidak boleh terlalu dalam, dan kedalaman yang baik adalah setebal kulit batang. Jika irisan terlalu dalam dan melukai bagian kayunya dapat mengakibatkan kegagalan okulasi.
Posisi atau letak jendela okulasi harus memperhatikan letak matahari, bila matahari berada di sebelah utara katulistiwa, maka letak jendela okulasi diusahakan di sebelah selatan. Begitu juga bila matahari berada di sebelah selatan katulistiwa maka letak jendela okulasi berada di sebelah utara. Hal ini untuk menghindari agar tempelan tidak terkena sinar matahari secara langsung. Cara ini berlaku hanya pada bibit batang bawah yang disemaikan dalam bedengan. Bila batang bawah disemaikan pada polybag/pot letak jendela okulasi tidak menjadi masalah, karena bibit yang disemaikan dalam polybag mudah diatur letak/posisinya.

b.   Mengambil mata tempel
    Pengambilan mata dapat dilakukan dengan tiga cara. Dengan demikian dapat diperoleh bentuk mata tempel yang sesuai dengan cara okulasi yang digunakan.
Ketiga macam bentuk pengambilan mata yaitu :
1)Segi empat
Bentuk sayatan segi empat dapat diperoleh dengan mengiris secara horizontal ± 1,5 cm di atas dan di bawah mata tunas. Kemudian ujung-ujung irisan kita hubungkan sehingga membentuk segi empat. Selanjutnya mata tempel kita lepaskan dengan menggunakan pisau atau kuku. Cara ini dilakukan apabila keadaan/kondisi batang atas mudah di kelupas kulit kayunya.
2)Sayatan
Bila cara pengambilan mata bentuk segi empat sulit dilakukan dapat dilakukan pengambilan mata dengan bentuk sayatan. Penyayatan dapat dimulai dari atas atau dari bawah mata. Panjang sayatan ± 3 cm, dan mata tunas berada di tengah-tengah sayatan.
Dalam penyayatan ini dapat diikutsertakan sedikit kayunya. Setelah tersayat dengan pelan-pelan kayunya di lepaskan. Kemudian kita lihat dari balik mata tunas, apakah mata tunasnya berlubang atau tidak, bila mata tunasnya berlubang tidak dapat digunakan untuk okulasi karena mata tersebut telah rusak.

3)Bulatan/tempel
Pengambilan mata tunas yang bulat tidak menggunakan pisau okulasi, tetapi menggunakan pisau khusus yang berbentuk seperti stempel bulat. Pisau ini ditancapkan pada cabang tempat mata tunas, lalu di angkat sehingga mata tunas beserta kulitnya akan menempel pada pisau.

c.  Penyisipan/penempelan mata tunas
        Mata tunas yang diperoleh kemudian disisipkan pada jendela okulasi yang telah dibuat pada batang bawah..

Penyisipan ini harus dilakukan secara hati-hati, jangan sampai merusak kambium. Pada saat penempelan mata tunas, jangan sampai ada kotoran yang menempel pada kambium karena dapat mengganggu menyatunya penempelan    
 
d. Mengikat tempelan
Untuk mengikat tempelan dapat menggunakan plastik polianil khlorida. Ukuran tali pengikat kira-kira panjang ± 20 cm lebar ± 1,5 cm, dan tebalnya 0,1 mm. Cara mengikat tempelan dari bawah ke atas atau sering disebut dengan sistim genteng.

Perlu diperhatikan dalam pengikatan ini mata tunas jangan diikat terlalu erat. Hal tersebut dapat mengaki batkan kerusakan pada mata tunas, atau bila memungkin kan mata tunas tidak perlu diikat.     
 Ikatan    

e. Membuka ikatan
Setelah kurang lebih 1 bulan setelah pelaksanaan okulasi, ikatan dibuka untuk dilihat mata tempelnya.

Bila mata tempel masih kelihat an hijau segar dan sudah melekat dengan batang bawah pertanda okulasi ini berhasil. Bila mata tempel berwarna hijau kemerahan atau hitam maka okulasi ini gagal.
Okulasi yang berhasil

f. Memotong batang bawah
Pemotongan batang bawah dilakukan bila okulasi tersebut sudah dipastikan hidup.  Pemotongan ini dapat dilakukan dengan tiga cara yaitu:
Ø    Batang bawah langsung dipotong ± 1 cm di atas okulasi/ mata tempelan dengan bentuk potongan miring kebelakang, sehingga air hujan/siraman dapat  jatuh dan tidak mengenai tempelan.

Ø    Batang pokok ± 10 cm di atas mata tempel, dengan tujuan apabila tunas sudah tumbuh tinggi dapat digunakan untuk mengikat tunas, agar tunas dapat tumbuh tegak lurus.  Apabila tunas sudah tumbuh mencapai ± 30 cm, maka batang bawah dipotong dengan ketinggian ± 10 cm di atas tempelan.

Ø   Tinggi pemotongan batang bawah sangat tergantung pada jenis tanamann. Misal tanaman adpokat, pemotongan batang bawah dilakukan pada ketinggian ± 30-40 cm di atas tempelan. Bila pemotongan dilakukan terlalu pendek,  tunas okulasi akan mati bersama batang di atasnya.

Ø    Pemotongan tidak dilakukan sekaligus yaitu batang bawah cukup dipotong ½ batang ± 10 cm di atas temepelan. Kemudian batang bawah di lengkungkan. Hal ini dimaksudkan agar peredaran makanan masih berlangsung sehingga pertumbuhan tunas lebih cepat dan kuat. Setelah tunas okulasi dirasakan sudah cukup kuat, batang bawah baru dipotong seluruhnya.


Untuk menghindari terjadinya infeksi maka luka bekas potongan segera ditutup.  Penutupan ini dapat dilakukan dengan menggunakan lilin atau cat untuk menjaga agar pertumbuhan tunas okulasi dapat tegak lurus. Tunas yang tumbuh segar diikat pada patok/tiang (bila dilakukan cara pemotongan yang pertama).


Tunas yang tumbuh segar diikat pada patok/tiang (bila dilakukan cara pemotongan yang pertama).
Bila pemotongan batang bawah menggunakan cara yang kedua dan ketiga, maka langsung diikat pada batang bawahnya.     
Pengikatan tunas okulasi   
  
2).Cara okulasi
Banyak cara okulasi yang bisa dilakukan diantaranya adalah: okulasi huruf T. Okulasi cara forhert, segi empat dan bulat.

Huruf T dan Forkert

3).Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap keberhasilan okulasi/tempelan
    Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap penempelan dapat dibagi menjadi tiga golongan :
a. Faktor lingkungan

Ø    Waktu penempelan
Pada umumnya penempelan dilakukan pada waktu cuaca yang cerah, tidak hujan, dan tidak di bawah terik matahari.

Ø    Temperatur dan kelembaban
Temperatur dan kelembaban yang optimal akan mempertinggi pembentukan jaringan halus, yang sangat diperlukan untuk berhasilnya suatu tempelan.
Temperatur yang diperlukan dalam penempelan berkisar antara 7,20 C-320 C, bila temperatur kurang dari 7,20 C pembentukan kalus akan lambat. Bila lebih dari 320 C pembentukan kalus juga lambat dan dapat mematikan sel-sel pada sambungan. Temperatur optimum pada penyambungan adalah 250C-300C.
Penempelan memerlukan kelembaban yang tinggi, bila kelembaban rendah akan mengalami kekeringan, dan menghambat/menghalangi pembentukan kalus pada sambungan karena banyak sel-sel pada sambungan mati.

Ø    Cahaya
Cahaya matahari berpengaruh pada waktu pelaksanaan penempelan berlangsung. Oleh karena itu penyambungan sebaiknya dilakukan pada waktu pagi atau sore hari pada saat matahari kurang kuat memancar dan sinarnya. Cahaya yang terlalu panas akan mengurangi daya tahan batang atas terhadap kekeringan, dan dapat merusak kambium pada daerah sambungan.


b).    Faktor tanaman 
Ø    Kompatibilitas dan inkompatibilitas
Pada umumnya batang atas dan batang bawah dari varietas yang sama akan menghasilkan tempelan yang kompatibel, dan biasanya gabungan tanaman/hasil tempelan yang dihasilkan akan hidup lama, produktif dan kuat.  Lawan dari kompatibel adalah inkompatibel.
Gejala-gejala inkompatibilitas antara dua tanaman yang di tempel antara lain :
1)    Gabungan antara species, varietas atau klou-klou yang tidak pernah membentuk sambungan.
2)    Gabungan antara dua tanaman dimana jumlah dari keberhasilan sambungan sangat kecil.
3)    Setelah sambungan tumbuh, tetapi tanaman tiba-tiba mati.
4)    Adanya perbedaan antara batang atas dan batang bawah dalam pertumbuhan vegetatif pada permulaan atau akhir musim.
5)    Adanya petumbuhan yang berlebihan di atas atau di bawah sambungan.
6)    Terjadi penghambatan tumbuh pada tanaman hasil sambungan (tanaman menjadi kerdil).

Ø    Keadaan fisiologi tanaman
Beberapa tanaman mengalami kesukaran untuk ditempelkan ke tanaman lain, karena jenis tanaman tersebut sulit membentuk kalus.

Ø    Pengelupasan kulit kayu
Pengelupasan kulit kayu sangat berpengaruh pada okulasi. Bila kulit kayu mudah mengelupas, kerusakan kambium pada batang atas dan batang bawah yang akan diokulasi dapat dihindari.

Ø    Penyatuan kambium
Agar persentuhan kambium batang atas dan batang bawah lebih banyak terjadi, maka diperlukan ukuran batang bawah dan batang atas dipilih yang hampir sama.

c).    Faktor pelaksana

 1.Keahlian
Kecepatan menyambung merupakan pencegahan paling baik terhadap infeksi penyakit dan kerusakan pada kambium.
 2.Kesempurnaan alat
Dalam penyambungan diperlukan ketajaman dan kebersihan alat, tali pengikat yang tipis dan lentur.

0 komentar:

Posting Komentar